Minggu, 21 April 2013

AKUNTANSI INTERNASIONAL #2


12.4. Ukuran Kinerja non Keuangan
ROI merupakan salah satu ukuran kinerja keuangan yang banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan transnasional, disamping ukuran kinerja berdasarkan anggaran. Ukuran kinerja keuangan yang lain, meskipun tidak relatif tidak banyak digunakan, diperlukan agar dapat dilakukan evaluasi yang mampu memotivasi manajer untuk bertindak sesuai dengan visi dan misi unit yang menjadi tanggung jawabnya. Sebelum tahun 1990-an, pada umumnya kinerja manajer hanya diukur berdasarkan perspektif keuangan. Oleh karena itu, focus perhatian dan usaha manajer lebih diarahkan pada perwujudan kinerja keuangan dan cenderung mengabaikan kinerja non keuangan. Kinerja keuangan diukur berdasarkan informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi berjangka pendek (umumnya mencakup satu tahun), sehingga pengukuran kinerja yang berbasis keuangan lebih berfokus pada perwujudan kinerja jangka pendek dan mengabaikan perwujudan kinerja jangka panjang. Kinerja keuangan yang berkelanjutan (sustainable) tercermin dalam kinerja non keuangan. Mengabaikan kinerja non keuangan berarti mengabaikan fondasi keuangan berjangka panjang.
Pada tahun 1990, David P. Norton menyeponsori studi “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan”. Studi ini dilaksanakan berkat timbulnya kesadaran bahwa ukuran kinerja keuangan saja tidak dapat digunakan sebagai ukuran kinerja yang memadai untuk mengukur kinerja manajer. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa untuk mengukur kinerja manajer di masa depan diperlukan ukuran komperhensif yang meliputi empat perspektif, yaitu : keuangan, pelanggan (customer), proses bisnis/internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran yang komperhensif ini dikenal sebagai balance scorecard yang diyakini dapat memotivasi manajer dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar dapat dicapai keberhasilan keuangan yang berkelanjutan. Ukuran yang komperhensif tersebut mengandung pesan bahwa kinerja keuangan berjangka panjang tidak dapat dihasilkan melalui usaha-usaha semu yang tidak mempunyai dampak positif terhadap atau bahkan menggerogoti kinerja keuangan berjangka panjang. Dalam menilai kinerja manajer sebuah anak perusahaan di luar negeri, penerapan balance scorecard harus disesuaikan dengan apa yang dipersepsikan sebagai  peran utama anak perusahaan tersebut dalam strategi keseluruhan perusahaan. Sebagai contoh, ukuran keuangan utama untuk sebuah unit pembantu adalah biaya actual yang dihubungkan dengan biaya yang dianggarkan. Tetapi, criteria yang semakin penting dalam evaluasi unit pembantu mungkin berupa criteria non keuangan seperti kepuasan pemakai.
Beberapa ukuran non keuangan yang penting adalah pangsa pasar, kepuasan nasabah, semangat karyawan, pengembangan karyawan, produktivitas, kinerja pengiriman, pengakuan nama (name recognition), dan hubungan dengan pemerintah tuan rumah. Ukuran-ukuran non keuangan yang lain yang tidak kalah penting adalah yang berkaitan dengan kinerja lingkungan (pengurangan emisi polutan di udara, air, atau tanah) dan relasi masyarakat, karena perusahaan multinasional merupakan subyek kritik yang terus meningkat sehubungan dengan masalah lingkungan tersebut. Sebuah manfaat yang penting dari ukuran-ukuran non keuangan adalah bahwa ukuran-ukuran tersebut dapat dilaporkan secara tepat waktu dan problem-problem yang diidentifikasi dapat segera dibahas segera sebelum problem-problem tersebut mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Sumber : Buku Akuntansi Internasional : Drs. Sunardi, M.Si., Ak dan Drs. Danang Sunyoto. SE., SH., MM

Rizka Setiarini
23209670
4EB17

AKUNTANSI INTERNASIONAL #1


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Akuntansi : Sebuah Bahasa Bisnis
Dilihat dari perspektif pelaksana, akuntansi merupakan alat untuk menyampaikan informasi keuangan dari sebuah entitas usaha yang melakukan kegiatan bisnis. Dilihat dari perspektif pamakai, dengan akuntansi dapat diperoleh informasi keuangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, akuntansi disebut bahasa bisnis. Akuntansi bukan sepenuhnya merupakan bahasa asing.
Akuntansi menyerupai bahasa dalam hal bahwa sejumlah aturan akuntansi bersifat definitive sementara yang lain tidak. Ada perbedaan pendapat diantara para akuntan mngenai bagaimana suatu peristiwa tertentu harus dilaporkan.
Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, demikian juga akuntansi. Semakin kompleks dunia bisnis dan keuangan, semakin kompleks pula informasi keuangannya.
1.2. Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Perkembangan bisnis selanjutnya diwarnai dengan pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan. Pada tahap inimulai terjadi dua kelompok pemakai laporan keuangan yaitu manajemen, sebagai pihak internal perusahaan, dan pihak eksternal yang antara lain terdiri dari investor dan kreditor. Manajemen mempunyai akses terhadap proses penyusunan laporan keuangan, sedangkan pemakai laporan keuangan yang lain, yaitu pemakai eksternal, tiak mempunyai akses terhadap akses penyusunan laporan keuangan. Manajemen memerlukan informasi akuntansi sehubungan dengan fungsi manajerialnya; sedangkan pemakai eksternal menggunakannya sesuai dengan kepentingannya masing-masing yang tidak terkait dengan fungsi manajemen. Oleh karena itu, timbul dua tipe akuntansi, yaitu akuntansi manajemen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian serta pengambilan keputusan yang terkait dengan operasi perusahaan, dan akuntansi keuangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemakai eksternal akan informasi keuangan yang terkait dengan perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hubungannya dengan pihak eksternal, akuntansi sebagai suatu bahasa dituntut untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan dunia usaha yang semakin kompleks. Semakin tinggi kompleksitas dunia bisnis, semakin kompleks pula regulasi akuntansi yang diperlukan. Dan karena regulasi akuntansi dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan yang berbeda-beda, maka regulasi akuntansi juga berbeda-beda antar lingkungan atau antar Negara, sehingga akuntansi berbeda-beda untuk masing-masing Negara.
1.3. Perkembangan Praktik Akuntansi
Pada awalnya, standar-standar akuntansi internasional yang dibuat IASC dinyatakan oleh pemakai bahwa masih bersifat terlalu luas, sehingga tidak memenuhi tingkat komparabilitas yang diharapkan. Ini merupakan kelemahan besar, karena tujuan didirikannya IASB membuat serangkaian regulasi akuntansi yang menghasilkan akuntansi yang dapat berfungsi sebagai sebuah bahasa bisnis yang komunikatif secara internasional sehingga transaksi bisnis lintas batas dapat berjalan dengan baik, yang akan terlaksana kalau akuntansi yang didasarkan pada regulasi atau standar-standar tersebut mampu menghasilkan informasi keuangan yang komparabel.
1.4. Diversitas Akuntansi
Diversitas Akuntansi dilihat dari aspek pengukuran asset dan kewaiban dan aspek penentuan modal dan laba periodik.
1.4.1.        Pengukuran Aset dan Kewajiban
Istilah asset atau aktiva tidak memiliki arti yang pasti dalam pengertian sumber daya mana yang harus dimasukkan dan sumber daya mana yang harus dikeluarkan dari batasan mengenai asset tersebut. Di Amerika Selatan, definisi asset termasuk kerugian-kerugian yang timbul karena memiliki hutang dalam satuan valuta asing. Di Negara-negara Eropa continental, mungkin tidak meliputi berbagai tipe sewa guna usaha, taxloss carry-forwards, atau kepemilikan ekonomi oleh induk perusahaan terhadap perusahaan-perusahaan aviliasi.
Demikian juga, konsep-konsep kewajiban yang diaplikasi suatu Negara berbeda dengan yang diaplikasi Negara lain. Akuntansi bagi pajak penghasilan merupakan sebuah contoh. Di Argentina, misalnya, kewajiban pajak pajak penghasilan tidak diakrualkan dan dicatat berdasarkan basis kas saja. Di Swiss, pencatatan akrual periodic terjadi tanpa pengakuan terhadap kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan (deferred income taxes). Kewajiban-kewajiban ditangguhkan dapat memerlukan beberapa metode aloksi yang berbeda.
1.4.2.        Penentuan Modal dan Laba Periodik
Hubungan antara asset dan kewajiban dengan penentuan laba periodic tentu saja menimbulkan efek resiprokal. Biasanya over statement dan understatement asset atau kewajiban dilaksanakan melalui inklusi atau eksklusi laporan laba-rugi yang bersangkutan. Namun, harus juga dicatat bahwa terdapat banyak variasi procedural yang lebih kecil. Misalnya, goodwill secara umum tidak diamortisasi di AS selama 40 tahun, sedangkan di Jerman maksimum 5 tahun. Di beberapa Negara, misalnya Irlandia, Australia, Inggris, Peru, dan Selandia Baru, goodwill secara umum tiak diamortisasi sama sekali. Variasi procedural yang mirip juga berlaku untuk biaya riset dan pengembangan, biaya eksplorasi minyak dan mineral, biaya promosi penjualan, pendidikan dan pelatihan staf, dan berbagai transaksi atau kejadian lain.
1.5. Peran Akuntasi
Peran akuntansi berbeda antar Negara. Perbedaan peran ini dapt mempengaruhi orientasi dan kandunngan informasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di masing-masing Negara, yang selanjutnya akan mempengaruhi cara interpretasi dan penggunaan laporan keuangan tersebut.
Pada level internasional, organisasi-organisasi seperti International Accounting Standards Board (IASB) dan International Organization of Securities Commissions (IOSCO) menaruh perhatian terhadap ketersediaan informasi keuangan yang relevan dan dapat dipercaya untuk transaksi-transaksi keuangan lintas Negara. Di samping itu, institusi-institusi multilateral seperti misalnya International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB) berdiri pada jajaran terdepan dalam memberi rekomendasi kepada Negara kurang berkembang untuk menyusun sistem akuntansi yang kokoh guna meningkatkan perkembangan sistem keuangan mereka.
1.6. Koorporasi Multinasional dan Keterlibatannya dalam Bisnis Internasional
Perusahaan yang paling rendah tingkat globalisasi bisnisnya adalah perusahaan yang mempunyai transaksi utang-piutang dalam valuta asing (valas); sementara yang tingkat globalisasinya paling tinggi ada;ah koorporasi multi nasional (MNC, Multinational Coorporation). MNC adalah perusahaan yang terlibat dalam produksi dan penjualan barang atau jasa pada lebih dari sebuah Negara. Biasanya terdiri dari sebuah induk perusahaan yang berlokasi di Negara asal perusahaan dan paling sedikit 5 atau 6 anak perusahaan asing, yang secara khas melakukan interaksi strategis tingkat tinggi antar unit-unit tersebut. Beberapa MNC mempunyai sampai 100 anak perusahaan asing yang tersebar di seluruh dunia.
Yang membedakan perusahaan multinsional dari perusahaan-perusahaan lain yang terlibat dalam bisnis internasional adalah alokasi sumber-sumber yang terkoordinasi secara global oleh sebuah manajemen di pusat. MNC membuat keputusan mengenai strategi untuk menembus pasar (Market Entry), operasi di luar negeri dan produksi, pemasaran, serta pendanaan kegiatan-kegiatan dengan pertimbangan mana yang terbaik bagi koorperasi secara keseluruhan. MNC menekankan kinerja kelompok, bukan kinerja msing-masing bagian secara individual. Dari perspektif ini timbul masalah-masalah yang antara lain terkait dengan harga transfer.
1.7. Pengertian Akuntansi Internasional
Akuntansi Internasional mencakup akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Ini berarti bahwa akuntansi internasional bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri. Akuntansi Internasional mencakup akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dalam perspektif internasional.
Untuk bidang akuntansi manajemen, akuntansi internasional dibahas dalam akuntansi manajemen dan sistem pengendalian manajemen. Akuntansi keuangan berkenaan dengan pelaporan keuangan untuk para pemakai eksternal. Dalam bidang ini auntansi dituntut untuk mampu melaporkan transaksi bisnis lintas batas dan menyusun laporan keuangan konsolidasian dari sejumlah entitas bisnis yang secara yuridis formal masing-masing berdiri sendiri-sendiri.
1.8. Lingkup Akuntansi Internasional dan Organisasi Buku Ini
Akuntansi Internasional adalah akuntansi yang mempunyai perspektif internasional. Dalam perspektif internasional, akuntansi berkenaan dengan difersitas akuntansi dan keragaman yuridiksi. Diversitas akuntansi merupakan problem yang telah, sedang, dan akan terus diupayakan solusinya. Sedangkan keragaman yuridiksi merupakan kenyataan yang harus diterima.

Sumber : Buku Akuntansi Internasional : Drs. Sunardi, M.Si., Ak dan Drs. Danang Sunyoto. SE., S.H., N

Rizka Seiarini
23209670
4EB17

Kamis, 10 Januari 2013

ETIKA PROFESI AKUNTANSI #6

PT Ajinomoto Indonesia merupakan produsen bumbu masak merek Ajinomoto. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Jepang dimana Ajinomoto pusat merupakan salah satu dari 36 perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia.

Kontroversi produk

  • Sehubungan dengan akan berakhirnya sertifikat Halal dari MUI untuk AJI-NO-MOTO pada September 2000, maka PT Ajinomoto Indonesia mengajukan perpanjangan sertifikat Halalnya pada akhir Juni 2000. Audit kemudian dilakukan oleh LPPOMMUI Pusat (2 orang), LPPOMMUI Jatim, BPOM, Balai POM Surabaya dan dari Departemen Agama pada tanggal 7 Agustus 2000.
  • Pada 7 Oktober 2000, Komisi Fatwa memutuskan bahwa Bactosoytone tidak dapat digunakan sebagai bahan dalam media pembiakan mikroba untuk menghasilkan MSG. PT Ajinomoto Indonesia diminta untuk mencari alternatif bahan pengganti Bactosoytone.
  • Sesuai dengan instruksi Komisi Fatwa, PT Ajinomoto Indonesia mengganti Bactosoytone dengan Mameno dalam tempo 2 bulan.
  • LPPOMMUI melakukan audit sehubungan dengan penggantian Bactosoytone dengan Mameno pada 4 Desember 2000. Mereka memutuskan Mameno dapat digunakan dalam proses pembiakan mikroba untuk menghasilkan MSG.
  • Komisi Fatwa melakukan rapat kedua pada 16 November 2000. LPPOMMUI menyampaikan hasil rapat tersebut kepada PT Ajinomoto Indonesia pada 18 Desember 2000, bahwa produk yang menggunakan Bactosoytone dinyatakan Haram.
  • MUI mengirim surat kepada PT Ajinomoto Indonesia pada 19 Desember 2000 untuk menarik semua produk Ajinomoto yang diproduksi dan diedarkan sebelum tanggal 23 November 2000 (Produk yang dihasilkan setelah 23 November 2000 sudah menggunakan Mameno). Namun, pada tanggal tersebut perusahaan sudah memasuki libur bersama Natal dan Tahun Baru.
  • Sekertaris Umum MUI mengumumkan di media massa pada 24 Desember 2000, bahwa produk AJI-NO-MOTO mengandung babi dan masyarakat diminta untuk tidak mengonsumsi bumbu masak AJI-NO-MOTO yang diproduksi pada periode 13 Oktober hingga 16 November 2000.
  • Pengumuman MUI ini lalu ditindaklanjuti dengan pertemuan antara jajaran Deperindag, Depag, MUI, GPMI (Pengusaha Makanan dan Minuman), Dirjen POM, dan YLKI pada 2 & 5 Januari 2001 yang menghasilkan keputusan bahwa PT. Ajinomoto Indonesia harus menarik seluruh produknya di pasaran dalam negeri termasuk produk lain yang tidak bermasalah dalam jangka waktu 3 minggu terhitung dari 3 Januari 2001.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ajinomoto